Ngaji Tematik Soroti Pemberdayaan Perempuan dan Dampak Perceraian di Semarang

oleh -42 Dilihat
oleh

SEMARANG, SaberPungli.net: Fenomena meningkatnya angka perceraian usia muda di Kota Semarang menjadi sorotan dalam acara Ngaji Tematik bertajuk “Pemberdayaan Perempuan dan Dampak Perceraian”, yang digelar akhir pekan ini. Dalam forum tersebut, tokoh agama dan pemerhati sosial Dr. H. AM Jumai, SE., MM., menyampaikan materi tausiah yang mengungkap data mencengangkan: lebih dari 4.000 kasus perceraian terjadi setiap tahun di Semarang.

Dalam penyampaiannya, Dr. Jumai menekankan bahwa mayoritas gugatan cerai berasal dari pihak perempuan. Menurutnya, hal ini menunjukkan adanya tekanan yang kuat dalam rumah tangga, khususnya terkait dengan faktor ekonomi. “Perempuan hari ini harus diberdayakan secara mental, spiritual, dan ekonomi, agar tidak menjadi korban situasi,” ujarnya di hadapan ratusan peserta.

Ia menjelaskan bahwa perceraian bukan sekadar kegagalan hubungan pribadi, tetapi memiliki dampak luas bagi anak-anak dan tatanan sosial keluarga. Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan menjadi kunci dalam menurunkan angka perceraian dan membangun ketahanan keluarga.

Dr. Jumai menambahkan bahwa pemberdayaan tidak cukup hanya secara ekonomi, namun juga harus menyentuh aspek pendidikan, pelatihan keterampilan, serta penguatan spiritual dan pemahaman agama. “Dengan bekal itu, perempuan akan lebih siap menghadapi dinamika rumah tangga dan tidak mudah menyerah,” tegasnya.

Acara yang digelar di salah satu masjid besar di Kota Semarang ini dihadiri oleh ratusan peserta, mulai dari ibu-ibu majelis taklim, remaja masjid, hingga tokoh masyarakat. Antusiasme peserta terlihat dari aktifnya mereka dalam sesi diskusi dan tanya jawab yang berlangsung hangat.

Selain membahas aspek sosial dan psikologis dari perceraian, kajian ini juga menggarisbawahi pentingnya peran laki-laki dalam menciptakan rumah tangga yang harmonis. “Ketahanan keluarga bukan hanya tanggung jawab perempuan. Suami juga harus mendukung dan membangun komunikasi yang sehat,” tutur Dr. Jumai.

Peserta diajak merenungkan kembali ajaran Islam tentang kemuliaan perempuan dan pentingnya musyawarah dalam menyelesaikan konflik rumah tangga. Nilai-nilai seperti sabar, syukur, dan tanggung jawab dijadikan landasan untuk membangun keluarga yang kuat.

Di penghujung acara, sesi tanya jawab menjadi momen yang sangat interaktif. Banyak peserta mengungkapkan keresahan pribadi maupun kondisi lingkungan sekitar yang berkaitan dengan topik perceraian. Doa bersama pun dipanjatkan sebagai penutup, memohon kekuatan dan petunjuk bagi keluarga-keluarga yang tengah menghadapi ujian hidup.

Dengan kegiatan semacam ini, diharapkan masyarakat semakin sadar pentingnya penguatan peran perempuan dan kesadaran bersama dalam menjaga keutuhan rumah tangga sebagai pondasi sosial bangsa.

Tim Red_412B_M. Usup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.