[SaberPungli.net] Kota Semarang menetapkan isu lingkungan dan ketahanan pangan sebagai fokus utama dalam penyusunan RPJMD 2026. Penegasan itu disampaikan Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, saat membuka Outlook Ekonomi Kota Semarang 2026 yang digelar di Hotel Khas Semarang, Selasa (9/12/2025).
Pemkot menilai dua sektor ini merupakan fondasi pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Dalam sambutannya, Agustina menekankan bahwa penguatan sistem pangan menjadi prioritas strategis karena langsung berkaitan dengan kesehatan masyarakat, penurunan kemiskinan, dan ketahanan ekonomi jangka panjang.
Menurutnya, perubahan iklim yang berdampak pada curah hujan tak menentu, rob, serta banjir turut memengaruhi rantai pasok pangan perkotaan.
Ia menegaskan, Kota Semarang tidak bisa hanya mengejar angka pertumbuhan tanpa memperkuat basis pangan daerah.
“Kita tidak bisa membangun ekonomi yang tangguh tanpa ketahanan lingkungan hidup dan sistem pangan yang kuat,” ujar Agustina. Karena itu, agenda pangan diselaraskan dengan arah pembangunan nasional maupun provinsi yang juga menekankan transformasi hijau dan produktivitas sektor riil.
Pemkot Semarang menyiapkan anggaran Rp700 miliar untuk kedua isu prioritas tersebut, dengan Rp200 miliar dialokasikan khusus untuk ketahanan pangan.
Anggaran ini diarahkan untuk memperkuat produksi, distribusi, hingga efisiensi sistem pangan perkotaan agar kota tidak rentan terhadap gejolak harga dan cuaca ekstrem.
Agustina menambahkan, capaian ekonomi Semarang dalam dua tahun terakhir menjadi modal untuk memperkuat sektor pangan di tahun berikutnya.

Pada 2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,62 persen, dan sempat naik hingga 7,3 persen pada kuartal kedua 2025.
Meski terjadi penurunan di kuartal ketiga, Pemkot menargetkan tutup tahun 2025 tetap di level 6,4 persen sebagai pijakan memasuki 2026.
Ia menilai kekuatan utama Semarang terletak pada warganya yang adaptif dan kolaboratif.
Karena itu, penguatan pangan tidak hanya ditopang oleh pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran akademisi, pengusaha, dan komunitas.
“Kita mengumpulkan semua pihak. Pertemuan berbagai pandangan inilah yang menentukan teknis pelaksanaan program pangan dan lingkungan di 2026,” ujarnya.
Forum Outlook Ekonomi 2026 turut menghadirkan unsur legislatif, akademisi, regulator keuangan, dan pelaku usaha.
Mereka membahas tantangan dan peluang ekonomi Semarang, termasuk bagaimana memperkuat sektor pangan sebagai motor ekonomi hijau dan daya tahan kota di tengah tekanan perubahan iklim.
(Albert Maruli)












